Jumat, 03 April 2015

perekonomian



PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 2014

 Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 10 542,7 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp41,8 juta atau US$3,531.5.

  Ekonomi Indonesia tahun 2014 tumbuh 5,02 persen melambat dibanding tahun 2013 sebesar 5,58 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 10,02 persen. Dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 12,43 persen.

  Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 bila dibandingkan triwulan IV-2013 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,01 persen melambat bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

  Ekonomi Indonesia triwulan IV-2014 mengalami kontraksi 2,06 persen bila dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Dari sisi produksi, hal ini disebabkan oleh efek musiman pada lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang kontraksi 22,44 persen. Dari sisi pengeluaran disebabkan oleh penurunan Ekspor neto.

  Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2014 didorong oleh aktivitas perekonomian di Pulau Jawa yang tumbuh 5,59 persen dan Pulau Sumatera sebesar 4,66 persen

    LAPANGAN USAHA
2014**
I
II
III
IV
Jumlah
 1. PERTANIAN, PETERNAKAN,
15.12
14.85
15.25
12.19
14.33
    KEHUTANAN DAN PERIKANAN





    a. Tanaman Bahan Makanan
7.99
6.92
7.18
4.52
6.62
    b. Tanaman Perkebunan
1.50
2.19
2.35
1.59
1.91
    c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
1.81
1.78
1.80
1.90
1.83
    d. K e h u t a n a n
0.55
0.64
0.60
0.61
0.60
    e. P e r i k a n a n
3.27
3.32
3.32
3.57
3.37






 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
10.56
10.63
10.41
10.37
10.49
    a. Minyak dan gas bumi
4.66
4.37
4.04
3.36
4.09
    b. Pertambangan tanpa Migas.
4.31
4.66
4.75
5.26
4.76
    c. Penggalian.
1.58
1.60
1.62
1.75
1.64






 3. INDUSTRI PENGOLAHAN
23.75
23.79
23.35
23.98
23.71
    a. Industri  M i g a s
3.05
2.92
2.79
2.76
2.88
       1). Pengilangan Minyak Bumi
1.70
1.62
1.55
1.54
1.60
       2). Gas Alam Cair
1.35
1.30
1.24
1.22
1.28
    b. Industri tanpa Migas
20.70
20.87
20.57
21.21
20.84
       1). Makanan, Minuman dan Tembakau
7.37
7.70
7.80
7.88
7.70
       2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki
1.86
1.90
1.83
1.80
1.85
       3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.
1.07
1.07
1.03
1.06
1.06
       4). Kertas dan Barang cetakan
0.81
0.83
0.78
0.78
0.80
       5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet
2.55
2.44
2.27
2.37
2.40
       6). Semen & Brg. Galian bukan logam
0.68
0.67
0.64
0.70
0.67
       7). Logam Dasar Besi & Baja
0.39
0.39
0.37
0.39
0.38
       8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya
5.83
5.74
5.71
6.10
5.85
       9). Barang lainnya
0.14
0.14
0.13
0.13
0.14






 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH
0.79
0.81
0.77
0.85
0.80
    a. L i s t r i k
0.53
0.55
0.52
0.57
0.54
    b. Gas Kota
0.19
0.19
0.18
0.21
0.19
    c. Air bersih
0.07
0.07
0.07
0.07
0.07






 5. B A N G U N A N
9.78
9.89
9.85
10.66
10.05






 6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
14.62
14.71
14.31
14.76
14.60
    a. Perdagangan Besar dan Eceran
11.78
11.89
11.59
11.94
11.80
    b. H o t e l
0.45
0.47
0.45
0.48
0.47
    c. R e s t o r a n
2.39
2.34
2.27
2.34
2.33






 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
7.27
7.32
7.25
7.69
7.39
    a. P e n g a n g k u t a n
4.01
4.13
4.17
4.51
4.21
       1). Angkutan Rel
0.03
0.04
0.04
0.04
0.04
       2). Angkutan Jalan raya
2.18
2.12
2.11
2.33
2.19
       3). Angkutan laut
0.24
0.25
0.26
0.25
0.25
       4). Angk. Sungai, Danau & Penyebr.
0.12
0.12
0.12
0.13
0.12
       5). Angkutan Udara
0.92
1.08
1.15
1.25
1.10
       6). Jasa Penunjang Angkutan
0.52
0.52
0.50
0.51
0.51
    b. K o m u n i k a s i
3.25
3.19
3.08
3.18
3.17






 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH.
7.75
7.63
7.43
7.78
7.65
    a. B a n k
2.55
2.50
2.42
2.53
2.50
    b. Lembaga Keuangan tanpa Bank
1.05
1.04
1.00
1.03
1.03
    c. Jasa Penunjang Keuangan
0.06
0.06
0.05
0.06
0.06
    d. Sewa Bangunan
2.59
2.55
2.50
2.62
2.56
    e. Jasa Perusahaan
1.51
1.48
1.45
1.55
1.50






 9. JASA - JASA
10.37
10.37
11.37
11.72
10.98
    a. Pemerintahan Umum
5.11
5.18
6.23
6.38
5.75
       1). Adm. Pemerintahan & Pertahanan
3.16
3.20
3.84
3.95
3.55
       2). Jasa Pemerintahan lainnya
1.95
1.98
2.38
2.43
2.19
    b. S w a s t a
5.26
5.19
5.15
5.34
5.24
       1). Sosial Kemasyarakatan
2.12
2.10
2.12
2.20
2.14
       2). Hiburan dan Rekreasi
0.31
0.31
0.31
0.32
0.31
       3). Perorangan dan Rumah tangga
2.83
2.79
2.72
2.83
2.79






 PRODUK DOMESTIK BRUTO
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS
92.29
92.71
93.17
93.87
93.03
*       Angka sementara





**      Angka sangat sementara







PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Pasar
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah. Nilai tambah adalah nilai yang ditambahkan dari kombinasi faktor produksi dan bahan baku dalam proses produksi. Penghitungan nilai tambah adalah nilai produksi (output) dikurangi biaya antara. Nilai tambah bruto di sini mencakup komponen-komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Jadi dengan menjumlahkan nlai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkan nilai tambah bruto dari seluruh sektor tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
Provinsi
2012
2013



1. Aceh
1.41
1.36
2. Sumatera Utara
5.21
5.33
3. Sumatera Barat
1.64
1.68
4. Riau
6.97
6.89
5. Jambi
1.08
1.13
6. Sumatera Selatan
3.06
3.06
7. Bengkulu
0.36
0.36
8. Lampung
2.15
2.17
9. Kep. Bangka Belitung
0.51
0.51
10. Kepulauan Riau
1.35
1.32
11. DKI Jakarta
16.39
16.57
12. Jawa Barat
14.11
14.12
13. Jawa Tengah
8.26
8.23
14. DI Yogyakarta
0.85
0.84
15. Jawa Timur
14.87
14.99
16. Banten
3.17
3.23
17. Bali
1.25
1.25
18. Nusa Tenggara Barat
0.74
0.74
19. Nusa Tenggara Timur
0.52
0.53
20. Kalimantan Barat
1.11
1.12
21. Kalimantan Tengah
0.83
0.84
22. Kalimantan Selatan
1.13
1.10
23. Kalimantan Timur
6.23
5.61
24. Sulawesi Utara
0.70
0.70
25. Sulawesi Tengah
0.76
0.77
26. Sulawesi Selatan
2.37
2.44
27. Sulawesi Tenggara
0.54
0.54
28. Gorontalo
0.15
0.16
29. Sulawesi Barat
0.21
0.21
30. Maluku
0.17
0.17
31. Maluku Utara
0.10
0.10
32. Papua Barat
0.64
0.67
33. Papua
1.15
1.23
Jumlah 33 Provinsi
100.00
100.00

PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI 
Ekonomi indonesia saat ini optimis pertumbuhan ekonomi yang meningkat.dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan.ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini.salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini, perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.

Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.
Kondisi Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
Pihak Swasta
Adanya lembaga – lembaga swadaya masyarakat, seperti Dompet Dhu’afa, bekerja sama dengan Institut Kemandirian yang berusaha mencetak kaum muda berpotensi meenjadi hebat sebagai pejuang ekonomi adalah cara salah satu membuat pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semakin banyak rakyat Indonesia.
Pihak Pemerintah
Sinergi antar kementrian  harus dibuat semakin solid dan saling mendukung sehingga tidak tumpang tindih dan lebih banyak bermanfaat bagi masyarakat. Kampanye pembentuka jiwa kewirausahaan , seperti seminar bertaraf internasional\, adalah salah satu jalan membangkitkan potensi jiwa – jiwa pejuang ekonomi yang pantang menyerah dan penuh kreativitas tinggi.
Dampak Globalisasi ekonomi positif dan dampak globalisasi negatif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia usaha. Ketika kita berfikir menjadi pengusaha dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang kita miliki sebenarnya saat itu kita masuk kedalam sebuah sistem ekonomi dan yang paling populer adalah sistem ekonomi kapitalis yang menjadi bagian integral dari proses globalisasi. Ada banyak pengertian globalisasi yang secera umum mempunyai kemiripan salah satu pengertian globalisasi adalah proses yang melintasi batas negara di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain .
Sebagaimana sebuah sistem globalisasi ekonomi mempunyai dampak positif dan juga dampak negatif, terlepas dari pendapat pro globalisasi ekonomi dan kontra globalisasi ekonomi kita akan mencoba menelaah secara sederhana dampak postif globalisasi ekonomi dan dampak negatif globalisasi ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek kreatifitas dan daya saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor maka diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi yang disebabkan dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinivasi muncul dan pada giliranya akan menghasilkan produk2 dalam negeri yang handal dan berkualitas.
Disisi lain kondisi dimana kapababilitas daya saing yang rendah dan ketidakmampuan Indonesia mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi buruk begi perekonomian negeri ini, hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif globalisasi ekonomi seperti membajirnya produk2 negeri asing seperti produk cina yang akhirnya mamatikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia hanya akan menjadi tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan pekerjaan yang membutuhkan skill akan dikuasai ekspatriat asing, dan sudah barang tentu lowongan pekerjaan yang saat ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan, dari sisi ketersediaan akses dana  akan semaikin mudah memperoleh investasi dari luar negeri. Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut membuka lowongan kerja. hanya saja dampak positif ini akan berbalik 180 derajat ketika pemerintah tidak mampu mengelola aliran dana asing, akan terjadi justru penumpukan dana asing yang lebih menguntungkan pemilik modal dan rawan menimbulkan krisis ekonomi karena runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman dari semakin bebas dan mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan saja jika sebuah investasi besar dengan meilbatkan tenaga kerja lokal yang besar tiba2 ditarik karena dianggap kurang prospek sudah barang tentu hal ini bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi  semakin mudahnya diperoleh barang impor yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa diproduksi di Indonesia, alih tehnologi juga bisa terbuka sangat lebar, namun kondisi ini juga bisa berdampak buruk bagi masyarakat karena kita cenderung hanya dijadikan objek pasar, studi kasus seperti produksi motor yang di kuasai Jepang, Indonesia hanya pasar dan keuntungan penjualan dari negeri kita akan dibawa ke Jepang memperkaya bangsa Jepang. Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek  meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi produk Indonesia.
Globalisasi dan liberalisme pasar dikampayekan oleh para pengusungnya sebagai cara untuk mencapai standar hidup yang lebih tinggi, namun bagi para penentangnya globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara  kaya dengan negara berkembang dan miskin. Penguasaan kapital yang lebih besar dengan menciptakan pasar global terutama di dunia ketiga yang diyakini tidak akan mampu memenuhi standar tinggi produk global akan membuka peluang terjadinya penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir orang. So pilihan akan keblai kekita mana yang kita pilih Dampak Globalisasi ekonomi positif atau dampak globalisasi negatif.
COMPETITIVENESS INDEX
Indonesia has jumped four places in the World Economic Forum’s Global Competitiveness Index 2014-2015. In the latest edition Southeast Asia’s largest economy is ranked 34th (from 38th in last year’s edition of the index). Since the 2012-2013 edition, when Indonesia was ranked 50th, the country has risen steadily. The Global Competitiveness Index measures the institutions, policies, as well as factors that set the sustainable current and medium-term levels of economic prosperity among 144 countries around the world.
According to the World Economic Forum, which releases the Global Competitiveness Index on an annual basis, the six most problematic factors for doing business in Indonesia are corruption, access to financing, inflation, inefficient government bureaucracy, inadequate supply of infrastructure, and policy instability.
Economist Tony Prasetiantono said that Indonesia’s competitiveness has improved mainly because of sharp rupiah depreciation that occurred in the second half of 2013. Indonesia’s currency lost about one-fifth of its value against the US dollar during that period, making its exports more competitive.
The table below shows the world’s top five most competitive countries based on the Global Competitiveness Index as well as Indonesia and several neighbouring countries in the Southeast Asian region. It also shows that Indonesia still lags behind some of its regional peers.
Country
   Ranking
Switzerland
         1   
Singapore
         2
United States
         3 
Finland
         4
Germany
         5 
Malaysia
        20
Thailand
        31
Indonesia
        34
Philippines
        52
Vietnam
        68
Source: Global Competitiveness Index 2014-2015